Tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam Pertempuran 5 Hari di Semarang :
- Mr. Wongsonegoro selaku Gubernur Jawa Tengah waktu itu (dia sempat ditahan tentara Jepang)
- Dr. Karyadi selaku Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara
- Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Tokoh indonesia (ditangkap tentara Jepang bersama dengan Mr. Wongsonegoro)
- Mayor Kido pimpinan Kido Butai yang memiliki sebuah markas di Jalan Jatingaleh
- drg. Sunarti. Sesosok wanita gigih (isteri Dr. Karyadi)
- Jendral Nakamura, Sosok Jendral dari Jepang yang berhasil ditangkap oleh TKR di Magelang.
Sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang
Berita Proklamasi yang telah dikumandangkan di Jakarta, akhirnya
terdengar juga sampai kora Semarang. Sebagaimana telah terjadi pelucutan
senjata tentara Jepang di beberapa kota di Indonesia. Pemuda Semarang
pun mengikuti langkah yang sama dengan melakukan pelucutan senjata
tentara Jepang yang dipimpin Mayor Kido yang kala itu bermarkas di
Jatingaleh.
Padatanggal 13 Oktober 1945, suasana semakin mencekam dan tentara Jepang
pun merasa semakin terdesak. Pada tanggal 14 Oktober 1945 Mayor Kido
melakukan tendakan yang nekat, dengan menolak secara tegas penyerahan
senjata.
Tindakan yang dilakukan Mayor Kido ini ternyata menyulut amarah Pemuda
Semarang, mereka pun langsung bergerak menjadikan aula rumah sakit
Purusara sebagai markas pejuang, ternyata pergerakan pemuda Semarang
mendapat sambutan dari para pemuda yang ada di rumah sakit tersebut..
Para pemuda saling bahu-membahu menghadapi tentara Jepang dengan
menggunakan taktik perang gerilya.
Pada tanggal 14 Oktober 1945 tepatnya jam 06.30 WIB, Para pemuda rumah
sakit mendapat intruksi guna mencegat semua kendaraan Tentara Jepang
yang melewati area Rumah Sakit Purusara. Pemuda berhasil menyita Mobil
Sedan milik Kompetai dan melucuti senjata. Pada sore harinya, tanpa
mengenal lelah para pemuda pun aktif mencari tentara Jepang dan
menjeblokan mereka ke Penjara Bulu.Sekitar pukul 18.00 tentara Jepang
melakukan serangan balasan secara mendadak dan melucuti delapan anggota
Polisi Istimewa yang waktu itu menjaga sumber air minum warga semarang
"reservoir Siranda".
Tentara Jepang pun menangkap kedelapan anggota Polisi Istimewa dan
melakukan penyiksaan dengan membawanya ke Markas Kido Butai di
Jatingaleh. Pada waktu yang sama tersiar kabar tentara jepang telah
menebar racun di Sumber air "Reservoir Siranda".
Selepas Maghrib, Dr Kariadi mendapat telepon dari Pimpinan RS. Purusara
yang memerintahkan agar beliau memeriksa Reservoir Siranda. Karena sudah
tersiar kabar sumber air tersebut diracuni Tentara Jepang. Dr. Kariadi
pun bergegas pergi menuju ke sumber air minum warga Semarang tersebut,
tanpai menghiraukan keselamatannya, karena pada waktu yang sama tentara
Jepang gencar melakukan serangan dibeberapa tempat di Semarang dan salah
satunya tempat menuju Reservoir yang akan di teliti Dr Kariadi.
Isteri Dr. Kariada yang bernama drg. Sunarti mencoba menahan beliau
karena keadaan yang sedang genting diluar. Akan tetapi Dr. Kariadi
bertekat bulat guna memeriksa Reservoir Siranda, karena menyangkut nyawa
banyak orang. Mendengar alasan ini drg Sunarti tidak bisa berbuat
apa-apa.
Akhirna Dr. Kariadi berangkat menuju Reservoir Siranda guna memastikan
berita bahwa tentara Jepang telah merauni sumber air minum tersebut,
belum sampai di lokasi, tepatnya di jalan Pandanaran, mobil yang
ditumpangi Dr. Kariadi dihadang tentara Jepang, dan bilau ditembaki
secara keci oleh Jepang, walau sempat dibawa ke rumah sakit, nyawa Dr.
Kariadi tidak tertolong, karena lukanya yang terlalu parang.
Kejadian kematian Dr. Kariadi yang dibunuh tentara jepang inilah yang menjadi penyulut amarah Pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 Oktober 2045 sekitar pukul 03.00 WIB, Mayor Kido
memerintahkan 1.000 tentara Jepang untuk melakukan penyerangan ke Pusat
Kota Semarang. Sementara itu berita Gugurnya Dr. Kariadi yang beredar
dengan cepat sehingga menyulut amarah seluruh warga Semarang, hari
berikutnya peperangan pun semakin meluas ke penjuru kota.
Pada tanggal 17 Oktober 1945, tentara Jepang mengumumkan Genjatan
Senjata, namun diam-diam mereka melakukan serangan ke berbagai kampung.
Pada tanggal 19 Oktober 1945, pertempuran sengit terus terjadi di
seluruh penjuru kota Semarang. Pertempuran ini sendiri berlangsung
Hingga 5 hari yang memakan korban 2.000 jiwa warga Semarang dan 850
tentara Jepang.
Untuk memperingati Semangat Perjuangan Para Pemuda dan Pejuang kota
Semaang maka dibangunlah sebuah Monumen bernama "Tugu Muda". Monumen
tugu ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan oleh
Presiden RI Ir. Sukarno pada tanggal 20 Mei 1953.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar