Kamis, 02 Februari 2017

MUSEUM TUNJUNGAN, ALTERNATIF WISATA SEJARAH BARU DAN GRATIS DI SURABAYA

Museum Surabaya, Alternatif Baru Berwisata Sejarah di Surabaya

Tahukah kalian kalau Surabaya baru saja meresmikan museum terbarunya. Tepatnya pada hari Minggu, 3 Mei 2015 yang lalu, museum ini diresmikan langsung oleh Ibu Risma Trimaharini. Diberi nama Museum Surabaya, museum ini menjadi destinasi baru warga Surabaya dan sekitarnya. Benda-benda yang ditampilkan tak jauh dari namanya, yakni benda yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Surabaya.
Usai menyaksikan Parade Budaya dan Bunga yang bertepatan saat peresmian museum ini, aku memutuskan untuk tidak segera pulang. Bersama dua temanku, kami menyempatkan diri untuk menengok seperti apa museum baru ini. Menempati gedung Siola di Jalan Tunjungan No. 1 Surabaya, museum ini sekaligus menjadi upaya untuk mengembalikan identitas Jalan Tunjungan. You-know-lah Jalan Tunjungan ini memiliki nilai historis bagi kota Surabaya dan semenjak abad ke-20 telah menjadi pusat komersial.
Ini lokomotif bukan sih?
Tuh, ada bajaj juga di Museum Surabaya.
Tampilan gedung yang dahulu bernama White Laidlaw ini pun dipercantik. Sebab, tak hanya Museum Surabaya saja yang menempati gedung ini, tetapi juga akan menjadi kantor beberapa instansi pemerintahan. Di luar gedung, sudah tertata rapi taman lengkap dengan aksen air mancur. Sebelum memasuki area museum, pengunjung akan disambut dengan dua meriam kuno dan sebuah lokomotif berwarna hitam. Museumnya sendiri terletak di lantai 1, dari luar Siola sudah terlihat beberapa benda yang ditampilkan. By the way, tak banyak foto yang sempat diabadikan di museum ini. Maklum, baterai kamera habis digunakan jeprat-jepret parade.
Asyiknya museum ini gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun. Beberapa moda transportasi jaman dahulu terpampang di awal memasuki area museum. Seperti, bemo dan becak. Semakin masuk ke dalam, kita dapat melihat benda-benda bersejarah di Surabaya. Kebanyakan benda-benda tersebut berasal dari aset instansi pemerintah dan sebagian ada yang sumbangan. Arsip-arsip kuno, semisal buku catatan pernikahan dan pemakaman ada disini. Masih ada banyak lagi yang disimpan di etalase kaca.
(Kiri) Koleksi alat ukur tanah kuno dan (Kanan) peralatan pemadam kebakaran.
Arsip catatan pernikahan jaman dahulu. Lihat saja warnanya sudah menguning.
Arsip-arsip lain yang tersimpan di etalase kaca.
Cukup banyak benda-benda bersejarah disini, keterangan benda tersebut dapat dilihat di label berwarna oranye yang tersemat di dekat benda tersebut. Trophy penghargaan yang pernah disabet Surabaya turut dipamerkan, bersanding dengan cinderamata dari daerah-daerah di Indonesia dan mancanegara. Banyak juga ya penghargannya.
Ada satu spot menarik disini, yakni deretan foto walikota yang pernah menjabat di Surabaya mulai dari jaman Belanda, Jepang, hingga sekarang. Akhirnya aku tahu siapa walikota sebelum-sebelumnya disini. Meskipun aku mengunjungi museum ini di hari pertama, pengujung yang datang sudah mulai banyak. Ya, aku menjadi salah satu pengunjung pertama museum ini. Saat berkunjung masih terlihat bekas peresmian museum.
Deretan foto walikota yang pernah menjabat di Surabaya.
Trophy penghargaan dan cinderamata negara tetangga untuk Surabaya.
Kedepannya di Gedung Siola ini juga menjadi Sentra UKM dan pusat jajanan. Sekaligus, menjadi tempat pameran dan akan dihibur live perfomance dari seniman Surabaya. Museum ini buka mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Alternatif wisata sejarah Surabaya pun dapat dilakukan di Museum Surabaya, Museum Tempoe Doeloe-nya Surabaya.
Saat keluar dari museum menuju parkiran sepeda motor yang ada di luar, depan museum, ternyata ada sebuah mobil pemadam kebakaran atau motor klonteng yang menjadi saksi bisu peristiwa kebakaran di Siola dan menjadi salah satu mobil PMK yang memadamkan api saat itu.











































http://gebrokenruit.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar